Minggu, 17 Juni 2012

Rakyat Sengsara. Pancasila, di Mana Kau Berada?

Politisi PDI Perjuangan Yudi Syamhudi
Sebagian Parpol ada yang berpotensi membunuh Pancasila, yaitu Parpol yang dikendalikan para agen kekuatan politik dan ekonomi berhaluan oligarki.
Jakarta, (SUARA LSM) - MEMPERTANYAKAN kembali keberadaan Pancasila di tengah kondisi rakyat yang jauh dari kesejahteraan, merupakan hal yang niscaya. Pasalnya, dalam sila kelima ideologi negara itu disebutkan kalimat "keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia".

Hilangnya kesetaraan dalam kehidupan sosial yang membuat rakyat sengsara ini disebabkan tak ada lagi pengamalan nilai-nilai Pancasila. Hal ini di antaranya ditandai dengan sebuah kondisi di mana rakyat dibiarkan berjalan sendiri dan 'ditinggalkan' oleh negaranya sendiri. Padahal dasar dari negara itu adalah rakyat.

"Jadi saat ini Pancasila belum terwujud karena ketika kita bicara tentang sebuah negara yang berdasar, kita harus memulai dengan membangun ideologinya justru dari dasarnya. Siapa dasarnya? Ya rakyat nya," kata Politisi PDI Perjuangan Yudi Syamhudi saat menghadiri Diskusi Rutin PRD di KPP PRD, Jakarta, Sabtu (16/6).

Negara, menurut Yudi, juga merupakan alat produksi yang memiliki instrumen-instrumen di dalamnya. Dan dalam konteks saat ini yang menjadikan demokrasi sebagai sebuah sistem, maka instrumentasinya yang harus direvitalisasi adalah partai politik.

‎ Tapi sayangnya kata dia, sebagian besar partai politik yang seharusnya menjadi alat perjuangan rakyat untuk menegakkan Pancasila, sudah banyak melakukan pemalsuan Pancasila. Hal Ini kata dia, menjadi sebuah ancaman bagi keberlangsungan tatanan kebangsaan dalam sistem negara.

"‎ Tapi di antara para pemalsu berbentuk partai-partai politik yang ada sekarang, kita masih bisa mengandalkan satu partai yang mampu menjadi partai pemimpin yang berideologi Pancasila, yaitu PDI Perjuangan," jelas politisi yang juga anggota Komite Sentral Pemberdayaan Masyarakat (SPM) ini.

"Saya yakin PDI Perjuangan akan mampu mewujudkan kembali Pancasila jika PDI Perjuangan kembali bekerja kepada garis dasar ideologinya yaitu Pancasila 1 Juni."

Lebih lanjut ia menjelaskan, sebagian Parpol bahkan ada yang justru berpotensi membunuh Pancasila, yaitu Parpol yang dikendalikan para agen kekuatan politik dan ekonomi berhaluan oligarki. Bahkan, karena tingginya muatan pragmatisme, banyak orang-orang Parpol yang 'hilang ingatan' dan melupakan ideologi partainya.

Kembalikan Trust

Yudi menjelaskan saat ini kondisi Parpol dalam ujian yang luar biasa. Sebab, Parpol yang mengemban tugas berat untuk memperbaiki negara dengan cara menyadarkan rakyat justru kehilangan trust (kepercayaan) dari rakyatnya sendiri.

Sehingga kata dia, bagi kader partai baik yang berada di luar struktural maupun di dalam struktural harus berani bersikap tegas untuk memimpin sebuah gerakan mewujudkan kembali Pancasila yang demokratis dan sesuai aturan.

‎ "Di sinilah kesempatan para kader partai untuk menjadi pemimpin-pemimpin yang sesungguhnya. Dan tentu harus memiliki akar kuat dari arus bawah hingga ke atas. Selain itu juga harus bisa mengembalikan kepercayaan rakyat dan membuktikannya," jelasnya.

Sebagai kader PDI Perjuangan, Yudi juga menegaskan perlunya regenerasi di tubuh partai.

"‎ Saat ini eranya regenerasi. Oleh karena itu seleksi kepemimpinan juga bagian dari seleksi alam. Dan kita harus ingat bahwa kepemimpinan partai adalah kepemimpinan kolektif. Sekretaris Jenderal PDIP merupakan bagian penting sebagai oknum pergerakan politik partai," pintanya.

"Tanpa kerja-kerja politik yang benar, Sekretaris Jenderal PDIP bukan saja bisa merusak ketua umumnya, namun berpotensi merusak partai. Tapi saya yakin, masih ada kesempatan untuk menunjukkan prestasi kerja agar berhasil dlm menata partai sehingga PDI-P berhasil memimpin rakyat memenangkan kedaulatannya."

0 $type={blogger}:

Posting Komentar