Rabu, 18 Juli 2012

Harga Sembako Melangit, Masyarakat Menjerit

JAKARTA, (SUARA LSM) - Menjelang datangnya Ramadan, harga sembako di Jabodetabek melangit. Kondisi ini membuat masyarakat menjerit.   

Lusi, pedagang nasi sederhana di Pasar Baru Bekasi, mengeluhkan kenaikan harga kebutuhan pokok yang mencapai hampir 100 persen. Hal ini, sangat merugikan bisnis yang digelutinya sejak bertahun-tahun lama. "Harga selalu naik menjelang Lebaran. Ada yang naiknya sampai dua kali lipat (100 persen)," ujarnya kepada SP, Rabu (18/7).   

Warga Margahayu Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi, ini hampir setiap pagi belanja di Pasar Baru Bekasi. "Harga mulai terasa naik pas Senin kemarin padahal Lebaran masih sebulan lagi," ujarnya.   

 "Daging ayam yang semula harganya Rp 25.000 naik menjadi Rp 37.000 per ekor. Harga daging ayam sekarang ini, terasa sekali naiknya," kata Lusi.   

Selain daging ayam, sambung Lusi, harga kentang juga mengalami kenaikan hampir 50 persen menjadi Rp 9.000 dari harga awal Rp 5.000 per kilo.   Kenaikan harga juga terjadi saat membeli gula putih dari harga Rp 12.000  menjadi Rp 14.000 per kilo. Kemudian harga telur menjadi Rp 20.000 dari sebelumnya hanya Rp 16.000 per kilo. Diikuti harga cabe rawit  menjadi Rp 22.000 sebelumnya Rp 18.000 per kilo. "Harga beras masih stabil belum ada kenaikan hingga saat ini," imbuh Lusi.   

Bawang merah juga mengalami kenaikan harga, semula Rp 10.000 menjadi Rp 16.000 per kilo. Lalu diikuti harga buncis mengalami kenaikan sebesar Rp 1.000 dari harga awal hanya Rp 4.000 menjadi Rp 5.000 per kilo. Minyak sayur menjadi Rp 13.000 dari sebelumnya Rp 10.000 per kilo.   

Pantauan SP di Pasar Baru Bantar Gebang Kota Bekasi Selasa kemarin, sejumlah pedagang sayuran mengatakan tidak mengalami kenaikan menjelang Ramadan. "Dari awalnya, harga tidak ada yang naik. Pedagang disini kompak, tidak menaikkan harga seenaknya. Kalau dari Pasar Induk Cibitung harganya stabil, kami tidak menaikkan harga," papar Lisnawati, pedagang di Pasar Baru Bantar Gebang.   

Dari Bogor, harga sembako kian hari kian meroket. Sejumlah ibu rumah tangga di Kota Bogor mengeluhkan kenaikan sejumlah harga sembako. Berdasarkan pantauan SP di sejumlah pasar tradisional di Kota Bogor, harga telur per kilonya kini mencapai Rp. 19.500. “Hari Senin (16/7) lalu harganya masih Rp 16.000, tapi kini  sudah naik menjadi Rp 19.500 ,” ujar Sumiati, salah seorang penjual telur di Pasar Anyar, Kota Bogor, Jawa Barat saat ditemui SP, Rabu (18/7).   

Selain telur, harga gula pasir dan daging ayam juga mengalami kenaikan. Untuk gula pasir naik dari Rp 11.000 per kilo menjadi Rp. 13. 000 per kilo. Kenaikan paling tinggi kentara untuk harga daging ayam,  yang naik mulai sepekan lalu, dari harga  Rp 26.000 per kilonya kini terus meroket  hingga menyentuh harga Rp. 32.000 per kilonya.   

Harga minyak goreng jenis curah relatif stabil, bahkan mengalami penurunan. Minyak goreng curah turun sekitar Rp, 1000, dan kini dijual  dengan harga Rp. 11.000 per kilonya. Demikian pula dengan harga semua jenis beras yang cenderung stabil.   
 Terkait dengan kenaikan berbagai bahan kebutuhan pokok tersebut, Kepala Disperindag (Dinas Perindustrian dan Perdagangan) Kota Bogor, Eddy Warsa menegaskan, pihaknya telah mengagendakan operasi pasar di seluruh pasar tradisional di Kota Bogor. Dia memprediksi kenaikan akan terus meningkat menjelang bulan Ramadan ini. Maka itu sebelum puasa tiba, pihaknya akan segera menggelar operasi pasar.   

Di tempat terpisah, Kepala Bagian Administrasi PD Pasar Pakuan Jaya Kota Bogor, Haris Maraden yang membawahi 13 pasar di Kota Bogor ini mengatakan, untuk memonitoring fluktuasi dan peningkatan harga kebutuhan pokok, pihaknya akan segera meminta laporan dari setiap kepala pasar.   Dari Depok, harga ayam potong menjelang Ramadan naik cukup tajam. Di beberapa pasar tradisional di Kota Depok, ayam potong yang tadinya dijual Rp 25.000-Rp 30.000 per ekor, kini naik menjadi Rp 36.000-38.000/ekor.   

Kondisi ini terjadi dua pasar tradisional, yakni Pasar Depokjaya dan Pasar Agung. Menurut Dani, salah satu pedagang ayam di Pasar Depokjaya harga ayam sudah mengalami kenaikan sejak lebih kurang satu bulan belakangan ini.   Harga ayam naik perlahan-lahan. Dari semula yang harganya hanya sekitar Rp 30.000 per ekor kini melonjak hingga tiga puluh enam ribu sampai tiga puluh delapan ribu per ekor. Dirinya mengaku tidak tahu menahu mengenai kenaikan tersebut karena harga itu berasal dari distributor.   

Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Depok Saifudin mengatakan, kenaikan harga ayam masih cukup wajar dan belum terlalu mengkhawatirkan. Trend naiknya harga ayam memang selalu terjadi jelang bulan Ramadan.   

Sementara itu, Menteri Perdagangan Gita Wirjaman menggelar pemantauan harga dan stok ke beberapa pasar di Jakarta pada Rabu (18/7) pagi. Setelah sebelumnya mengunjungi Pasar Santa di Jakarta Selatan, Gita melanjutkan kunjungan ke Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur.   Di Pasar Induk Kramat Jati ini, komoditi buah-buahan dan sayur mayur secara keseluruhan relatif stabil, namun beberapa komoditas seperti cabai dan bawang putih cenderung naik. Menurut Gita, hal ini lantaran meningkatnya pasokan barang, terutama untuk produk-produk unggulan.   

"Di Pasar Induk Kramat Jati, dari data, hampir seluruh komoditas yang ada meningkat pasokannya. Ini bisa menjaga harga. Produk unggulan relatif stabil, kecuali satu atau dua, yaitu bawang putih dan cabai," kata Gita di Pasar Induk Kramat Jati, Rabu (18/7).   

Dikatakan Gita kenaikan harga bawang putih disebabkan masih tergantungnya pasokan produk tersebut dari luar negeri, terutama Tiongkok. Sementara kenaikan harga cabai disebabkan meningkatnya kebutuhan produk ini di luar Jawa terutama di Pulau Sumatera. Permintaan di luar Jawa ini meningkat hingga mencapai 40 persen.   

Harga bawang putih di Kramat Jati saat ini mencapai Rp 17.000 per kg. Sebelumnya harganya berkisar Rp 14.000 hingga Rp 15.000. Dodi (45), pedagang bawang putih mengungkapkan, kenaikan harga bawang putih disebabkan karena berpindahnya bongkaran produk tersebut, dari semula di Tanjung Priok menjadi di Surabaya. Hal ini membuat ongkos distribusi meningkat. (SP)

0 $type={blogger}:

Posting Komentar