Selasa, 17 Juli 2012

Indonesia Terancam Badai Demografi

ilustrasi

DEPOK, (SUARA LSM) - Sejumlah pakar kependudukan memperkirakan dalam satu atau tiga dekade ke depan Indonesia akan memasuki periode yang disebut bonus demografi, di mana proporsi usia muda bertambah dalam jumlah sangat besar. Namun jika usia muda ini tidak produktif, Indonesia justru terancam badai demografi.   

Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sudibyo Alimoeso, mengatakan, badai kependudukan akan terjadi di Indonesia jika di saat bonus demografi tersebut tidak diisi dengan usia muda yang tidak produktif.   

Bonus demografi di Indonesia terjadi di Indonesia sekali saja yakni sekitar 2020-2030. Pada saat itu angkatan muda berjumlah sangat besar atau sekitar 69% dari total penduduk, namun hanya menanggung beban kelompok usia anak dan lansia sangat kecil, atau dengan rasio 44 orang ditanggung 100 tenaga kerja.   

“Jika angkatan muda ini tanpa keahlian, tidak produktif dan sejahtera maka yang terjadi adalah badai kependudukan. Sebab  bukan angkatan muda yang menanggung kelompok lansia dan anak, sebaliknya mereka juga ditanggung negara dan itu memberikan beban ekonomi yang lebih besar,” kata Sudibyo dalam acara debat masalah kependudukan di kalangan generasi muda dalam rangka memperingati Hari Kependudukan Sedunia tahun 2012. 

Event ini dilaksanakan atas kerjasama BKKBN dan Koalisi Kependudukan dan Pembangunan Indonesia  yang melibatkan para pemuda dari berbagai unsur, termasuk mahasiswa, di Ruang Apung,Perpustakaan Universitas Indonesia, Depok,baru-baru ini.   

Sudibyo mengatakan, pada saat bonus demografi  jumlah angkatan kerja yang besar tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan yang tersedia, sehingga menciptakan lebih banyak pengangguran. Jika saat lapangan kerja tidak cukup menyerap angkatan muda yang masih relatif sedikit, diperkirakan pada saat bonus demografi nanti jumlah pengangguran jauh lebih besar. Diperkirakan setiap tahun ada sekitar 1,5-2 juta pengangguran dari seluruh angkatan kerja.   

“Persoalan lainnya adalah pada saat itu angkatan kerja usia tua juga ikut memasuki dunia kerja, karena mereka merasa masih produktif dan lebih berpengalaman. Lalu mereka rebutan lapangan pekerjaan,” katanya lagi.   

Karena itu menurutnya, pemuda sudah harus mulai dipersiapkan dengan pelatihan keahlian hidup (live skill training) baik itu di bidang ekonomi maupun sosial. Sebab, selain karena terbatasnya lapangan pekerjaan, lapangan pekerjaan tidak selalu cocok dengan bidang pendidikan yang diambil angkatan kerja tersebut.   

Dengan live skill pemuda bisa berwirausaha, dan tidak bergantung pada pekerjaan formal. Anak putus sekolah maupun pengangguran sarjana bisa dibekali dengan keahlian hidup, baik sejak di sekolah, kampus ataupun dib alai latihan.   

Ketua Koalisi Kependudukan dan Pembangunan Indonesia Sonny Harry Harmadi, menambahkan,  bonus demografi akan menjadi peluang besar bagi Indonesia, karena itu harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Jika tidak, bonus itu akan hilang dan sebaliknya menjadi pintu petaka bagi bangsa Indonesia.   

Sonny mengatakan, ketika rasio permintaan sudah turun sampai titik terendah, jumlah orang yang harus ditanggung baik kelompok usia lanjut maupun anak-anak semakin berkurang. Ini peluang besar untuk pengembangan ekonomi secara lebih baik. Kelompok usia produktif meningkat dan ini akan membawa dampak bagus terhadap perekonomian, dengan syarat mereka harus produktif.  

 “Kalau tidak produktif, tidak sejahtera dan juga tidak aman, maka tujuan nasional yakni sejahtera dan aman tidak akan pernah tercapai,” katanya. (SP)  

0 $type={blogger}:

Posting Komentar