 |
| ilustrasi |
Jakarta, (Suara LSM) - BADAN Pelaksana Hulu Minyak dan Gas Bumi mengungkapkan bahwa potensi kehilangan produksi minyak pada periode 1 Januari hingga Agustus 2012 tercatat mencapai 42.000 barel per hari.
Deputi Pengendalian Operasi BP Migas, Gde Pradnyana di Jakarta, Selasa mengatakan, porsi terbesar kehilangan produksi dikarenakan kejadian tidak terencana (unplanned shutdown) yakni sebesar 10 persen.
"Lalu, tujuh persen karena 'planned shutdown', enam persen akibat lahan, dan sisanya faktor-faktor lainnya," ujarnya, dilansir antara.
Menurut dia, sampai akhir 2012, BP Migas menargetkan porsi "unplanned shutdown" bisa di bawah 10 persen.
"Secara total, saya berharap bisa di bawah 40 ribu barel per hari," katanya.
Jumlah potensi kehilangan dari "unplanned shutdown" pada 2012 itu lebih sedikit dibandingkan 2010-2011 yang hampir 15 persen atau sekitar 50 ribu barel per hari.
Gde mengatakan, pihaknya akan berupaya menekan semaksimal mungkin "unplanned shutdown" khususnya produksi minyak PT Chevron Pacific Indonesia (CPI).
Chevron, lanjutnya, merupakan produsen minyak terbesar dengan produksi sekitar 350.000 barel per hari.
Kalau produksi Chevron terganggu, maka produksinya bisa turun hingga 10-15 ribu barel per hari.
"Besoknya memang pulih, tapi tidak bisa langsung balik ke tingkat semula," ujarnya.
Ia melanjutkan, sering kali kejadian "unplanned shutdown" di lapangan Chevron khususnya Duri akibat listrik padam.
"Kalau 'steam generator' di Duri mati, maka minyak berat yang sebelumnya sudah panas bisa kembali menggumpal dan membangkitkannya lagi harus disuntikkan lagi uap dan ini tidak mudah," katanya.
Oleh karena itu, menurut dia, pihaknya akan berusaha keras menjaga ketersediaan listriknya melalui sistem pendukung (backup) di Lapangan Duri, sehingga listrik cepat pulih dan "steam generator" segera hidup lagi.
BP Migas juga akan memonitor secara ketat peralatan-peralatan yang sering kali bermasalah seperti pompa, turbin, dan genset. (net)
Deputi Pengendalian Operasi BP Migas, Gde Pradnyana di Jakarta, Selasa mengatakan, porsi terbesar kehilangan produksi dikarenakan kejadian tidak terencana (unplanned shutdown) yakni sebesar 10 persen.
"Lalu, tujuh persen karena 'planned shutdown', enam persen akibat lahan, dan sisanya faktor-faktor lainnya," ujarnya, dilansir antara.
Menurut dia, sampai akhir 2012, BP Migas menargetkan porsi "unplanned shutdown" bisa di bawah 10 persen.
"Secara total, saya berharap bisa di bawah 40 ribu barel per hari," katanya.
Jumlah potensi kehilangan dari "unplanned shutdown" pada 2012 itu lebih sedikit dibandingkan 2010-2011 yang hampir 15 persen atau sekitar 50 ribu barel per hari.
Gde mengatakan, pihaknya akan berupaya menekan semaksimal mungkin "unplanned shutdown" khususnya produksi minyak PT Chevron Pacific Indonesia (CPI).
Chevron, lanjutnya, merupakan produsen minyak terbesar dengan produksi sekitar 350.000 barel per hari.
Kalau produksi Chevron terganggu, maka produksinya bisa turun hingga 10-15 ribu barel per hari.
"Besoknya memang pulih, tapi tidak bisa langsung balik ke tingkat semula," ujarnya.
Ia melanjutkan, sering kali kejadian "unplanned shutdown" di lapangan Chevron khususnya Duri akibat listrik padam.
"Kalau 'steam generator' di Duri mati, maka minyak berat yang sebelumnya sudah panas bisa kembali menggumpal dan membangkitkannya lagi harus disuntikkan lagi uap dan ini tidak mudah," katanya.
Oleh karena itu, menurut dia, pihaknya akan berusaha keras menjaga ketersediaan listriknya melalui sistem pendukung (backup) di Lapangan Duri, sehingga listrik cepat pulih dan "steam generator" segera hidup lagi.
BP Migas juga akan memonitor secara ketat peralatan-peralatan yang sering kali bermasalah seperti pompa, turbin, dan genset. (net)
Jakarta Time
0 $type={blogger}:
Posting Komentar