Rabu, 19 September 2012

Golkar Yakin Foke Menang


JAKARTA, (SUARA LSM) – Sekjen Partai Golkar, Idrus Marham yakin Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli akan memangkan putaran kedua Pilgub DKI Jakarta, 20 September mendatang. Alasannya, berdasarkan fakta masyarakat Jakarta sudah semakin sadar akan keberhasilan dan capaian dari Foke selama menjadi gubernur.
“Jadi, Jokowi-Ahok belum menang. Yang dihitung hasil akhir, bukan babak penyisihan,” kata Idrus, kemarin.
Menurut mantan anggota Komisi II DPR RI ini, putaran pertama banyak warga Jakarta tertipu dengan kemasan Jokowi-Ahok. “Putaran kedua ini warga mulai sadar bahwa yang menentukan kepemimpinan bukan cuma bungkus, tapi track record, hasil kerja, visi misi, pemikiran dan program yang jelas. Foke memiliki itu dan warga Jakarta yang cerdas tentu memilih berdasarkan pertimbangan rasional,” jelas dia.
Pada putaran pertama, dukungan kepada Foke-Nara terpecah karena banyak calon. Namun demikian, pada putaran kedua dukungan menjadi bulat. Jadi, Insya Allah dukungan sudah kembali.”
Mengenai berbagai tudingan kepada Foke, Idrus mengatakan pendukung Foke ingin memenangkan pilkada ini dengan barokah tanpa intrik dan fitnah. ”Yang dilakukan pihak lain tidak kami ikuti. Jangan kalau kalah menuduh pihak lain curang, sementara kalau menang diam. Kita kalah atau menang tidak akan menuduh lawan melakukan kecurangan,” ujar dia.
Mengenai Ahok yang sebelumnya kader Partai Golkar, Idrus mengatakan dia tak tahu banyak tentang Ahok karena hanya satu setengah tahun di Golkar. ”Sebelumnya dia kan pindah-pindah partai. Jadi, saya tidak tahu kiprahnya di Golkar.”
Sementara itu pengamat politik Agus Pambagio menegaskan pemerintah dan DPR harus membuat aturan terkait masa jabatan kepala daerah. Tidak hanya itu, partai politik (parpol) sudah sepatutnya mengajarkan kadernya untuk menjaga amanah. Sebab, maraknya ‘kutu loncat’ berdampak pada terhambatnya pembangunan di daerah.
Langkah tersebut dinilai perlu lantaran setiap proses pembangunan dibutuhkan waktu yang berkesinambungan dan komitmen dari kepala daerah yang bersangkutan. Ini mengingat dalam membangunan terdapat sebuah mekanisme yang harus dilalui dengan waktu yang panjang melalui kebijakan kepala daerah. Jika ini dibiarkan, maka program pembangunan yang akan digulirkan akan mandek.
Pada putaran pertama terdapat dua cagub yang masih menjabat sebagai kepala daerah di masing-masing daerahnya maju pada Pemilukada DKI. Sedangkan pada putaran kedua ini, menyisakan satu cagub yang saat ini masih menjabat sebagai Walikota Solo, yakni Joko Widodo (Jokowi).
“Bisa dibayangkan jika hal ini terjadi di seluruh wilayah. Bupati dan walikota yang masih menjabat ingin menjadi gubernur. Apakah ini bukan ancaman bagi sebuah pembangunan,” ujar Agus, Senin (17/9).
Koordinator Presidium Himpunan Masyarakat untuk Kemanusiaan dan Keadilan (Humanika) Jakarta M Syaiful Jihad mengimbau pemilik hak suara untuk memilih cagub/cawagub yang memiliki pengalaman, berdedikasi, konsep, serta visi misi mumpuni. Karena apabila pemilih menjatuhkan pilihannya atas dasar jargon, slogan, retorika dan pencitraan semata, laju pembangunan Ibukota lima tahun mendatang akan jalan di tempat.
“Warga Jakarta harus dilibatkan secara aktif dan menjadi bagian dari perubahan yang sistematis dan terkonsep. Dan pemilih harus menolak cagub/cawagub yang mengusung perubahan tanpa konsep dan cuma slogan kampanye saja,” kata Syaiful Jihad.(net)

0 $type={blogger}:

Posting Komentar