Jumat, 23 Mei 2014

Prabowo-Jokowi Belah Golkar?

JAKARTA, SUARA LSM Online - Dukungan partai-partai terhadap pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla serta pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa sebagai calon presiden dan wakil presiden tak sepenuhnya solid Partai anggota koalisi masing-masing pasangan kini dilanda perpecahan akibat kader-kadernya membelot Partai Golkar yang berkoalisi dengan Gerindra misalnya beberapa tokohnya bergabung mendukung pasangan Jokowi-JK Mereka menolak mengikuti keputusan Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie yang tiba-tiba merapat ke Prabowo-Hatta.Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Jenderal (Purn) Luhut Pandjaitan mengklaim, dua pertiga kader Golkar akan memilih pasangan bakal calon presiden dan wakil presiden, Joko Widodo-Jusuf Kalla, dalam pemilihan presiden Juli mendatang. Menurut Luhut, berdasarkan hasil survei yang diketahuinya, sebesar 42 persen kader Golkar akan memilih Jokowi. 

"Ya kira-kira begitulah. Tapi, kalau saya lihat di hasil pemilu terakhir, hampir 42 persen orang Golkar memilih Jokowi. Mungkin kalau JK masuk, nanti lebih besar ya," kata Luhut di Jakarta, Selasa (20/5/2014). 

Luhut mengatakan, ia telah meminta izin kepada Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie atas pilihannya ini. Akan tetapi, tegasnya, ia masih berada di Partai Golkar. Luhut mengaku tak takut dikeluarkan dari Golkar karena pilihannya yang berbeda.

"Saya tetap di Golkar, tidak ada yang mengeluarkan saya, kecuali saya," sambungnya. 

Luhut juga mengatakan bahwa persahabatannya dengan Aburizal akan tetap terjalin dengan baik meski berbeda pandangan politik. Menurut Luhut, dia memilih untuk mendukung Jokowi karena menganggap Gubernur DKI Jakarta itu lebih baik dibandingkan Prabowo. 

Sesama tokoh militer, Luhut mengaku tahu betul latar belakang Prabowo. Dia juga mengaku telah mendapatkan dukungan dari jenderal purnawirawan senior terkait keputusannya ini.

ARB Tak Mempermalahkan Kader Golkar Bersebrangan

Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie menanggapi permasalahan ini. Dalam wawancara dengan dengan salah satu stasiun TV Swasta, ARB memahami perbedaan pendapat yang sedang terjadi saat ini. Perbedaan pendapat di Partai Golkar menurutnya, sesuatu yang demokratis. 

"Berbeda pandangan politik itu biasa. Perbedaan itu sesuatu yang demokratis," kata Aburizal Bakrie, Rabu, 21 Mei 2014.

Selain itu, ARB memastikan tidak akan memecat kader yang memiliki pandangan politik yang berbeda dengan partai. Namun begitu, mereka yang akan mendukung calon presiden dan wakil presiden yang bukan pilihan partai diminta untuk menanggalkan jabatannya.

"Di dalam peraturan ogranisasi AD/RT tidak ada pemecatan kader yang berbeda pendapat, yang ada harus menanggalkan jabatan," katanya. 

ARB memastikan, bahwa dirinya dan Luhut Panjaitan telah mengerti posisi masing-masing. "Luhut bebas ke sana, tapi harus menaggalkan jabatannya, begitu juga kawan yang lain, tidak ada pemecatan di Golkar. Partai Golkar demokratis," katanya lagi.

Seperti diketahui, Luhut Panjaitan telah berpamitan kepada Aburizal Bakrie dan memutuskan menjadi pendukung Jokowi. Luhut mundur dari jabatan wantim Partai Golkar sejak jauh-jauh hari, sebelum Golkar memberikan sinyal akan berpartisipasi dengan partai mana pun di pilres 2014.

"Perkawanan antar kami harus tetap terjalin baik tanpa terganggu oleh perbedaan pandangan politik itu. Dan Aburizal Bakrie dapat memaklumi sikap saya itu," kata Luhut.

Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar, Akbar Tandjung berpendapat, memang kurang pas jika pada saat yang sama Luhut berada di Golkar, namun juga berada dalam tim sukses Jokowi. Menurut Akbar, pernyataan mundur ini memang salah satu solusi terbaik. Menurutnya, Luhut juga bisa optimal menjadi tim sukses Jokowi. 

"Saya kira itu baik, kalau memang betul beliau mengundurkan diri agar sikapnya tidak dikait-kaitkan lagi dengan dewan pertimbangan," katanya. (berbagai sumber/HT)

0 $type={blogger}:

Posting Komentar