Minggu, 17 Juni 2012

Kompleks Perkebunan Kelapa Sawit Membara

LAHAT, (Suara LSM) - Ratusan orang diduga berasal dari empat desa di kawasan Kecamatan Kikim Area merusak dan membakar kantor PT Perjapin Prima (grup Bakrie Sumatera Plantation, red) di Desa Sungai Laru, Kecamatan Kikim Tengah, Kabupaten Lahat. Walau tak ada korban jiwa, tragedi Kamis malam (14/6), sekitar pukul 20.00 WIB itu membuat warga sekitar cemas.
Seperti yang dilansir Sumatera Ekspres menyebutkan, pukul 19.00 WIB, Kamis malam (14/6), ratusan orang datang ke kantor PT Perjapin Prima. Sempat terjadi pembicaraan awal antara warga dan pihak perusahaan. Hanya, pembicaraan ini tak membuahkan hasil hingga berujung aksi perusakan, pembakaran, dan penjarahan. “Massa tiba-tiba datang, beberapa saat kemudian kondisi memanas. Massa langsung melakukan perusakan, menjarah, dan membakar kantor serta sebuah gudang logistik perusahaan,” ujar sumber yang enggan disebutkan namanya.
Tak hanya itu, massa juga membakar lima unit kendaraan, yakni dua unit mobil jenis Mitsubishi Strada dan tiga unit mobil dump truck. Beberapa saat kemudian, petugas gabungan Mapolres Lahat disusul pasukan setingkat Kompi Satbrimob Detasemen B Lubuklinggau diperbantukan mendatangi lokasi setelah mendapat laporan dari karyawan PT Perjapin.
Kapolres Lahat, AKBP Benny Subandi SIk, mengatakan, ketika dirinya datang, massa sudah kabur dan membubarkan diri. Hanya tinggal bangunan dan mobil yang terbakar. “Beruntung, sebagian karyawan yang bertahan di salah satu rumah tak jauh dari lokasi pembakaran, tidak menjadi korban amukan. Mereka langsung kita amankan,” kata Kapolres didampingi Kasat Reskrim, AKP God Parlasso Sinag SIk.
Lanjut Kapolres, dugaan sementara penyebab terjadinya peristiwa tersebut berawal dari penangkapan warga yang mencuri sawit di kawasan PT Perjapin. Mereka Rajali (18) dan Irwan (18), keduanya warga Desa Tanjung Aur, Kikim Tengah. Mereka berhasil diamankan, sekitar pukul 16.00 WIB, Kamis (14/6).
Penangkapan dilakukan oleh anggota pengamanan perusahaan (Brimob dan korem) yang bertugas di perusahaan tersebut. Keduanya dibekuk di kebun Kelapa Sawit PT Perjapin Prima, Blok 25 Desa Tanjung Aur, Kecamatan Kikim Tengah. Saat ini, keduanya ditahan di Mapolres Lahat. “Amuk massa ini sangat kita sesalkan. Mengapa mereka membela warganya yang mencuri. Semuanya bisa diselesaikan dengan kepala dingin, tanpa ada aksi anarkis,” kata Kapolres.
Nah, agar konflik tak terulang, pihaknya bersama perangkat desa berencana melakukan musyawarah. “Kita cari jalan keluar bersama-sama. Sekaligus memberikan sosialisasi,” tukas Benny lagi.
Untuk pelaku pembakaran, Benny berjanji akan mengusut tuntas termasuk mengejar kemungkinan siapa tersangka dan aktor di belakangnya. “Kita masih meminta keterangan beberapa saksi dan nantinya akan ditindaklanjuti hingga tuntas.”
Kerugian perusahaan? Hingga berita ini diturunkan, pihaknya belum bisa dimintai keterangan. Direksi PT Perjapin sudah diungsikan ke tempat aman. “Kita masih akan diskusikan dengan pihak manajemen PT Perjapin. Yang jelas, perkiraan kerugian  mencapai ratusan juta bahkan bisa miliaran, akibat kerusakan aset kantor, gudang logistic, dan kendaraan perusahaan,” ujarnya.
Sementara itu, akibat perusakan dan pembakaran yang dilakukan ratusan warga terhadap kantor PT Perjapin Prima, membuat suasana sekitar “mencekam”. Polisi pun terlihat berjaga-jaga di sekitar kawasan PT Perjapin.
Pemukiman warga di sekitar kantor Perjapin terlihat lengang lantaran banyak  yang sudah mengungsi. “Kejadian ini membuat kami trauma dan takut. Daripada membahayakan keluarga, lebih baik kami mengungsi dulu hingga kondisinya benar-benar aman,” ujar seorang warga sembari membawa sejumlah barang.
Sebagian warga sekitar PT Perjapin enggan berkomentar. Mereka memilih bungkam saat dimintai keterangan. “Saat kejadian, sempat beberapa kali terdengar ledakan. Yang kami tahu banyak warga, dan kami tidak berani keluar rumah. Takut jadi rembetan masalah dan amukan massa,” kata warga lainnya.
Suwarti (52), pengelola mess karyawan yang kebetulan berada satu komplek dengan kantor PT Perjapin Prima mengaku saat kejadian dirinya menjadi korban penjarahan. “Sebenarnya saya sudah berupaya melarikan diri ke arah kebun belakang kantor, tetapi ketahuan tiga orang dari massa yang mengamuk.”
Menurut Suwarti, dirinya diancam pakai parang. Setelah itu, handphone, uang Rp1,7 juta, dan perhiasan seberat 15 gram dibawah lari tiga orang tersebut. “Beruntung aku dak di lukoinyo pak, takut nian aku,”  ujar Suwarti dengan suara bergetar.
Setelah mendapatkan barang-barang milik korban, ketiga orang tersebut melarikan diri. Suwarti berlari ke arah perumahan manajemen PT Perjapin, dan mendapatkan perlindungan. “Aku belari bae ke rumah manajer, di sano aman, sebab sudah dijago polisi,”  katanya. (net)

0 $type={blogger}:

Posting Komentar