Kamis, 06 September 2012

Black Campaign Kini via Isu SARA

ilustrasi

JAKARTA, (SUARA LSM) - Praktik black campaign melalui isu suku, ras, agama, dan antargolongan (SARA) meramaikan Pilkada DKI Jakarta putaran kedua. Tak pelak, reaksi negatif publik dan sejumlah kalangan terus menghiasi pemberitaan di sejumlah media ,baik cetak maupun elektronik.
Salah satu tokoh yang paling geram dengan dihembuskannya isu SARA adalah Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, yang notabene sebagai salah seorang pengusung salah satu calon dalam Pilkada DKI Jakarta.
Baik secara langsung maupun tidak, dalam sejumlah kesempatan dirinya terus mengkritisi dihembuskannya isu SARA yang jelas bertentangan dengan semangat Pancasila dan semboyan Bhineka Tunggal IKA.
“Kita ini bangsa yang beraneka ragam suku dan agama. Semua dipersatukan melalui semboyan Bhinneka Tunggal Ika, yang artinya biarpun berbeda-beda tapi tetap satu jua. Tapi sekarang ada yang mengatakan saya agama ini, kamu agama itu, saya suku ini, kamu itu. Terus minoritas didiskriminasikan mayoritas,” sindir Megawati saat memberikan kuliah umum bagi mahasiswa baru di Universitas Pancasila, Rabu (5/9).
Mantan Presiden RI Ke-5 itu lantas mempertanyakan Itukah yang disebut Bhinneka?, dan apakah ini Indonesiaku sekarang? Bahkan, untuk menjadi pegawai negeri saja saat ini ditanya Anda sari suku apa?. Dan di Papua, untuk menjadi Bupati mesti ada nama suku didepan nama aslinya.
“Di Papua saja, untuk menjadi bupati mesti ada suku dari pegunungan mana dan pantai mana, baru setelah itu ditanya nama, dan agamanya.Plis deh, jangan merusak Indonesia. Apa adek-adek (Mahasiswa UP) mau membuat kelompok-kelompok? Plis jangan,” ujar Megawati.
Hal yang sama dilontarkan Rektor Universitas Pancasila, Edie Toet Hendratno. Ia mengatakan membicarakan SARA adalah sebuah kemunduran. Sebab Indonesia negara multietnis, agama, dan lain-lain yang bersatu untuk kemajuan. “Jadi tak perlu lagi ada isu SARA, sebab itu kodrat Indonesia,” katanya.
Edie mengatakan, pidato Megawati yang menyinggung SARA di depan mahasiswanya adalah pesannya yang sekadar mengingatkan bahwa Indonesia adalah negara plural. “Jika kita memegang teguh Pancasila, tidak perlu lagi menyinggung SARA, karena kita ini negara berbhineka yang bermacam-macam suku dan agama,” tandasnya. (HT)

0 $type={blogger}:

Posting Komentar